Google Ads

GEOGLOBE

Tuesday, May 12, 2009

Turkey City


[+/-] ......

Old Turkey


[+/-] ......

Turkey






Turkey , known officially as the Republic of Turkey, is a Eurasian country that stretches across the Anatolian peninsula in western Asia and Thrace (Rumelia) in the Balkan region of southeastern Europe. Turkey is bordered by eight countries: Bulgaria to the northwest; Greece to the west; Georgia to the northeast; Armenia, Azerbaijan (the exclave of Nakhichevan) and Iran to the east; and Iraq and Syria to the southeast. The Mediterranean Sea and Cyprus are to the south; the Aegean Sea and Archipelago are to the west; and the Black Sea is to the north. Separating Anatolia and Thrace are the Sea of Marmara and the Turkish Straits (the Bosporus and the Dardanelles), which are commonly reckoned to delineate the border between Asia and Europe, thereby making Turkey transcontinental.
Due to its strategic location astride two continents, Turkey's culture has a unique blend of Eastern and Western tradition. A powerful regional presence in the Eurasian landmass with strong historic, cultural and economic influence in the area between Europe in the west and Central Asia in the east, Russia in the north and the Middle East in the south, Turkey has come to acquire increasing strategic significance.
Turkey is a democratic, secular, unitary, constitutional republic whose political system was established in 1923 under the leadership of Mustafa Kemal Atatürk, following the fall of the Ottoman Empire in the aftermath of World War I. Since then, Turkey has become increasingly integrated with the West through membership in organizations such as the Council of Europe, NATO, OECD, OSCE and the G-20 major economies. Turkey began full membershipnegotiations with the European Union in 2005, having been an associate member of the EEC since 1963, and having reached a customs union agreement in 1995. Meanwhile, as a Muslim-majority country, Turkey has continued to foster close cultural, political, economic and industrial relations with the Eastern world, particularly with the states of the Middle East and Central Asia, through membership in organizations such as the OIC and ECO. Turkey is classified as a developed country by the CIA and as a regional power by political scientists and economists worldwide.

[+/-] ......

Terminilogi of the Forces indonesian Military



ISTILAH SATUAN MILITER: DARI REGU HINGGA DIVISI
REGU
1. Regu adalah satuan militer terkecil dalam Bataliyon (Infanteri) yang terdiri minimal 20 personel.
2. Komandannya berpangkat Sersan Satu atau Kopral Kepala senior (yang berpengalaman).
3. Regu adalah bagian dari peleton.

PELETON
1. Kesatuan militer di bawah Kompi yang terdiri dari beberapa regu (biasanya tiga regu),
2. kekuatan personilnya kurang lebih 30 sampai 50 orang dan biasanya dipimpin seorang Letnan Dua.
3. Posisi Komandan Peleton biasanya merupakan penugasan PERTAMA, bagi perwira yang baru lulus dari Akademi Militer (Angkatan Darat) dan Akademi Angkatan Laut (kecabangan Marinir).
KOMPI
1. Kesatuan militer yang berada di bawah Batalyon terdiri dari beberapa peleton (biasanya tiga peleton)
2. Kekuatan personilnya kurang lebih dari 180 hingga 250 orang. Biasanya dipimpin seorang Kapten.
3. Dalam satuan infanteri, ada tiga macam kompi, yang disesuaikan dengan fungsinya, yaitu Kompi Senapan (Kipan), Kompi Markas (Kima), Kompi Bantuan (Kiban). Kompi Senapan disiapkan untuk operasi lapangan, dengan dukungan Kompi Bantuan.
4. Persenjatan Kompi Bantuan lebih berat dari persenjataan Kipan, persenjataan Kipan terdiri dari Senjata Mesin Sedang (SMS), mitraliur, dan mortir.

BATALIYON
1. Satuan dasar tempur di bawah Brigade atau Resimen yang terdiri dari suatu Markas, Kompi Markas dan beberapa Kompi (biasanya tiga Kompi) atau Baterai (istilah Kompi khusus untuk satuan Altileri).
2. Khusus untuk Batalyon Infantri dapat merupakan bagian taktis dari suatu Brigade dan dapat juga berdiri sendiri dengan tugas taktis dan administrasi. Contoh Bataliyon Infanteri (Yonif) yang tergabung dalam Brigade Infanteri (Brigif), adalah Yonif 312/Kala Hitam (Subang), Yonif 310/Iklas Karya Utama (Sukabumi), dan Yonif 327/Brajawijaya (Cianjur), ketiganya berada di bawah komando Brigif 15/Kujang (bermarkas di Bandung).
3. Yonif yang berstatus "BS" (Berdiri Sendiri), adalah Yonif yang tidak bergabung dalam Brigif, namun komandonya langsung dari Pangdam (setempat), karena biasanya Yonif tersebut adalah Yonif andalan, yang biasa disebut sebagai bataliyon pemukul Kodam. ContohYonif yang berstatus "BS", antara lain adalah Yonif 401/Banteng Raiders (Kodam IV/Diponegoro), Yonif 507/Sikatan (Kodam V/Brawijaya), Yonif Linud 733/Masariku (Kodam VIII/Trikora), Yonif Linud 100/Prajurit Setia (Kodam I/Bukit Barisan), dan lain-lain. Kategori lain adalah bataliyon yang di bawah komando Korem (Komando Resort Militer). Ini adalah kategori yang paling umum. Contoh Yonif 315/Garuda (di bawah Korem 061/Suryakencana, Bogor), Yonif 408/Subrastha (basis Kendal, di bawah Korem 073/Makutarama, Salatiga), Yonif 521 (basis Kediri, di bawah Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun), dan lain-lain.
4. Jumlah personil Yonif kurang lebih 700 hingga 1000 orang, Batalyon biasanya dipimpin seorang Mayor (senior) atau Letnan Kolonel.
5. Sedang untuk Bataliyon di luar infanteri, seperti Bataliyon Kavaleri (Yonkav), Bataliyon Artileri Medan (Yonarmed), Bataliyon Zeni Tempur (Yonzipur), Bataliyon Perbekalan dan Angkutan (Yonbekang), hitungan personelnya bukan sekadar orang per orang, namun jumlah kekuatan peralatannya dan anggota yang menjadi operator (awak) peralatan tersebut, misalnya Yonkav terdiri dari sekian tank atau sekian panser, Yonarmed terdiri dari sekian meriam, dan seterusnya. Jadi jumlah personelnya tidak sebanyak bataliyon infanteri biasa.
6. Bataliyon artileri ada dua macam, sesuai fungsinya: Bataliyon Artileri Medan (sasaran darat) dan Bataliyon Artileri Pertahanan Udara (sasaran udara).
7. Yonkav unsur persenjataan yang utama ada dua, yaitu tank dan panser. Ada Yonkav yang persenjataannya khusus panser atau khusus tank saja, atau gabungan antara keduanya. Contoh Yonkav yang persenjataannya hanya tank: Yonkav 1/Kostrad. Sedang khusus panser, contohnya Yonkav 7/Panser Khusus Kodam Jaya. Contoh yang gabungan: Yonkav 9/Serbu (Kodam Jaya), Yonkav 4/Serbu (Kodam III/Siliwangi). Yonkav yang berunsur gabungan panser dan tank, adalah bentuk yang paling umum.

BRIGADE
1. Satuan tempur di atas Batalyon, dan di bawah Divisi yang merupakan satuan dasar tempur terdiri dari unsur-unsur tempur (biasanya tiga Batalyon), unsur-unsur bantuan tempur dan unsur-unsur bantuan administrasi.
2. Brigade dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari komando yang lebih besar (Divisi).
3. Jumlah kekuatan personelnya kurang lebih 3000 hingga 5000 personel.
Karena merupakan satuan tempur yang relatif besar (gabungan tiga bataliyon), maka ketika operasi pada tingkat brigade, kesatuan tersebut bisa bergerak sendiri, lengkap dengan unsur Bantuan Tempur (Banpur) dan Bantuan Administrasi (Banmin) sendiri. Koordinasi Banpur dan Banmin berada di bawah unit tersendiri, yaitu Detesemen Markas, dipimpin seorang Dandema.
4. Brigade Infanteri (Brigif) di lingkungan TNI ada beberapa macam, bisa berdasar garis komando, bisa berdasar kualifikasi.
§ Berdasar garis komando, ada Brigif yang berada di bawah :
Kodam [Brigif yang berada di bawah Kodam hanya ada dua, yaitu Brigif 1/Jaya Sakti (Kodam Jaya) dan Brigif 15/Kujang (Kodam III/Siliwangi)]
Kostrad [Brigif Linud 3 (Makassar), Brigif Linud 17/Kujang I (Jakarta), Brigif Linud 18/Trisula (Malang), Brigif 13/Galuh (Tasikmalaya), Brigif 9 (Jember), dan Brigif 6 (Solo)]
§ Berdasar kualifikasi, ada Brigif Lintas Udara (linud), dan Brigif Lintas Medan (Brigif biasa).

RESIMEN
1. Satuan militer di bawah Divisi yang terdiri dari beberapa Batalyon (biasanya 3 Batalyon).
2. Resimen merupakan satuan dengan kesenjataan yang sejenis, misalnya Resimen Arteleri Medan, Resimen Arhanud.
3. Resimen biasanya dipimpin seorang Kolonel.
4. Unsur-unsur satuan di bawah Resimen, hampir sama dengan Brigade. Tampaknya TNI lebih cenderung memakai sistem Brigade. Itu terlihat tidak adanya lagi satuan yang memakai sebutan Resimen, setidaknya di lingkungan Angkatan Darat. Terakhir, mungkin kita masih ingat, satuan yang pernah memakai nama resimen, adalah Kopassus, saat masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

DIVISI
1. Satuan tempur militer terbesar, dengan kekuatan penuh. Maksudnya secara operasional, memilki kesatuan kesatuan tempur, berikut unsur pendukungnya, yaitu bantuan tempur dan bantuan administrasi, yang berada dalam garis komando Divisi tersebut, jadi tidak perlu mendatangkan dari komando lain di luar Divisi. Seperti Divisi Infanteri yang ada di Indonesia.
2. Angkatan Darat memiliki dua satuan setingkat Divisi, yang keduanya berada di bawah Kostrad, yaitu Divisi Infanteri 1 (markas di Cilodong, Bogor), dan Divisi Infanteri 2 (markas diSingosari, Malang). Divisi-divisi tersebut, selain memiliki unsur tempur sendiri (infanteri, kavaleri dan artileri), juga memiliki unsur bantuan tempur (Bataliyon Zeni, Bataliyon Perhubungan, dan Bataliyon Peralatan), dan unsur bantuan administrasi sendiri (perbekalan, angkutan, kesehatan, polisi militer, dll).
3. Divisi biasanya dipimpin oleh seorang Mayor Jendral.

DETASEMEN
Ada beberapa pengertian istilah Detasemen :
Kesatuan yang terdiri dari pasukan atau kapal-kapal yang diambil dari kesatuan yang lebih besar dikirim untuk suatu tugas khusus. Untuk Angkatan Darat, bisa berupa kendaraan lapis baja, seperti Detasemen Kavaleri.
Kesatuan tetap yang berkekuatan kurang lebih sebesar Peleton hingga Kompi yang dibentuk untuk tugas-tugas tertentu. Contoh: Detasemen Intel (Denintel) Kostrad, Denintel Kodam, Denma Brigif, Detasemen Polisi Militer, dan Detasemen 81/Anti Teror Kopassus (sebelum dilikuidasi). Untuk kategori ini komandannya, perwira berpangkat Mayor atau Letkol.
Nama tingkat kesatuan untuk organisasi kemarkasan tingkat Komando Utama ke atas. Contoh: Detasemen Markas (Denma) Markas Besar Angkatan Darat, Denma Mabes TNI, dan Denma Makodam. Komandannya biasanya berpangkat Kolonel (untuk Mabes), atau Letkol (untuk Makodam).
Source : Varius Source, Wikipedia

[+/-] ......

Beijing



The city wall of Beijing was a fortification built around 1435. It was 23.5 km long. The thickness at ground level was 20m and the top 12m. The wall was 15m high, and it had nine gates. This wall stood for nearly 530 years, but in 1965 it was removed to give way to 2nd Ring Road and the loop line subway of Beijing. Only in the southeast, just south of Beijing Railway Station, stands one part of the wall. Three gates of the city wall are also intact (Desheng Gate, the Yongding Gate and Zhengyang Gate.
Beijing was the capital city of the last three dynasties (the Yuan, Ming and Qing) as well as two northern dynasties (the Liao and Jin) in the history of China, as such, Beijing is often referred to as an "ancient capital of Five dynasties" . It had an extensive fortification system, consisting of the Palace city, the Imperial city, the inner city and the outer city. Specifically including the many gate towers, gates, archways, watchtowers, barbicans, barbican towers, barbican gates, barbican archways, sluice gates, sluice gate towers, enemy sighting towers, corner guard towers and moat. It had the most extensive defense system in Imperial China.
After the collapse of the Qing Dynasty in 1911, Beijing's fortifications were dismantled one by one, the Palace city has remained largely intact, becoming the Palace Museum; the Imperial city only has Tian'anmen and several sections of imperial city wall remaining intact; the inner city with Zhengyangmen's gate tower and watchtower, Deshengmen's watchtower, the southeastern corner guard tower, and a section of the inner city wall near Chongwenmen remaining intact; and nothing of the outer city remaining intact, with Yongdingmen completely reconstructed in 2004.

[+/-] ......

Beijing City


[+/-] ......

Friday, May 8, 2009

MECCA


[+/-] ......

Moscow City


[+/-] ......

Thursday, May 7, 2009

CIUNG WANARA (Legend among Sundanese people, Indonesia)



Here was once a kingdom in West Java, called Galuh, which was ruled by King Prabu Permana Di Kusumah. After having reigned for a long time the King decided to become an ascetic and he therefore summoned his minister Aria Kebonan to the palace. Apart from this Aria Kebonan had also to come to the king to bring report about the kingdom. While he was waiting in the front-gallery, he saw servants busy walking to and fro, arranging everything for the king. The minister thought how nice it would be to be a king. Every command was obeyed, every wish fulfilled. He therefore wanted to be a king also.
As he was daydreaming there, the king called him.
"Well, Aria Kebonan, is it true that you wish to be a king?" The king knew it because he was endowed with supernatural power.
"No, Your Highness, I shall not be able to."
"Do not lie, Aria Kebonan, I know it."
"Excuse me, Your Highness, I have just thought of it." "Well, I shall make you king. As long as I am away to meditate, you shall be king and rule in a proper way. Then you shall not treat my two wives, Dewi Pangrenyep and Dewi Naganingrum as your wife."
"All right, Your Highness."
"I shall change your appearance into a handsome man. Your name will be Prabu Barma Wijaya. Tell the people that the king has become young and I myself shall go to a secret place. Thus be a kings!"
In a moment Aria Kebonan's appearance resembled Prabu Permana di Kusumah's, but looked ten years younger. People believed his announcement that he was King Prabu Permana Di Kusumah who had become ten years younger and changed his name into Prabu Barma Wijaya. Only one man did not believe his stoiy. It was Uwa Batara Lengser who knew the agreement between the king and the minister. Prabu Barma Wijaya became proud and humiliated Uwa Batara Lengser who could do nothing. He was also rude towards the two queens. Both avoided him, except in public when they behaved as if they were Prabu Barma Wijaya's wives.
One night both queens dreamt that the moon feel upon them. They reported it to the king which gave him a fright, as such a dream was usually a warning to women who were going to be pregnant. This was impossible as he was not guilty of treating both queens as his wives. Uwa Batara Lengser appeared and proposed to invite a new ascetic, called Ajar Sukaresi - who was none else than King Prabu Permana Di Kusumah - to explain the strange dream. Prabu Barma Wijaya agreed. As soon as the ascetic arrived at the palace he was asked by the king about the meaning of the dream.
"Both of the queens are expecting a child, Your
Highness." Although startled by the answer, Prabu Barma Wijaya could still control himself. Eager to know how far the ascetic dared to lie to him, he put another question. "Will they be girls or boys?"
"Both are boys, Your Highness." At this the king could no longer restrain himself, took out his creese and stabbed Ajar Sukaresi to death. He failed. The creese was crooked. "Do you want me to be dead? In that case, I will I shall be dead." Then the ascetic fell down. The king kicked the dead body so violently that it was thrown into the forest where it changed into a big dragon, called Nagawiru. At court something strange happened. Both queens were indeed pregnant. After some time Dewi Pangrenyep gave birth to a son who was called Hariang Banga, while Dewi Naganingrum gave birth at a later date.
One day when Prabu Barma Wijaya was visiting Dewi Naganingrum, the unborn child spoke: "Barma Wijaya, you have already forgotten a lot of promises. The more you do cruel things, the shorter your power will last."
This made the King very angry and at the same time he was afraid of the threat by the baby. He wanted to get rid of it and soon he found the way to do that. He asked for Dewi Pangrenyep's help to be quit of Dewi Naganingrum's baby who would be born as a rascal according to his dream. He would not be suitable for the ruler of the country together with Dewi Pangrenyep's son Hariang Banga. The queen believed it and agreed, but what was to be done?
"We shall exchange the baby with a dog and throw the child into the Citanduy river." This they did after covering Dewi Naganingrum's eyes with some wax, pretending to help the poor woman. The baby was put into a basket and thrown into the Citanduy river after a baby dog was laid on the lap of the unlucky mother.
Soon the queen knew that she was holding a baby dog and was very sad. The two evil-doers tried to get rid of Dewi Naganingrum by telling lies to the people, but nobody believed them. Even Uwa Batara Lengser could do nothing as the king as well as Queen Dewi Pangrenyep, was very powerful. Barma Wijaya even sentenced Dewi Naganingrum to death because she had given birth to a dog, which was shameful for the country. Uwa Batara Lengser got the instruction to carry out the command. He took the unlucky woman to the wood, but he did not kill her, instead he built a good hut for her. To convince the king and Dewi Pangrenyep that he had carried out the order, he showed them Dewi Naganingrum's bloodstained clothes.
At the village Geger Sunter, by the Citanduy river, there lived an old couple who usually put their bow-net in the river. One morning they went to the river to fetch the bow-net, and were very surprised to find a casket in the net instead of a fish. Opening it, they found a lovely baby. They carried the baby home and took care of it and loved it as their own.
As time went by the baby grew to a fine young man who accompanied the old man hunting in the wood. One day they saw a bird and a monkey.
"What bird and monkey are they, Father?"
"The bird is called Ciung and the monkey Wanara, my son."
"In that case, then call me Ciung Wanara." The old man agreed as the meaning of both words suited to the character of the boy.
One day he asked the old man why he was different from the other boys of the village and why they honoured him much. Then the old man told him that he had been driven to the place in a box and was not a boy from the village.
"Your parents are surely noble people from Galuh."
"In that case, I have to go thither in search for my real parents, Father."
"That is right, but you should go with a friend. In the casket there is an egg. Take it, go to the wood and find a fowl to hatch it."
Ciung Wanara took the egg, made for the wood as told by the old man, but he could not find a fowl. Instead he found Nagawiru who was kind to him and who offered him to hatch the egg. He laid the egg under the dragon and shortly after it was hatched. The chicken grew up rapidly. Ciung Wanara put it in the basket, left the old man and his wife and made for Galuh.
On arriving there the hen had already grown into a big and strong game-cock. While Ciung Wanara was looking for the owner of the casket, he took part in cock-fighting. His cock never lost. The news about the young man whose cock always won at cock-fighting also reached Prabu Barma Wijaya who ordered Uwa Batara Lengser to find the young man. The old man immediately felt that he was Dewi Naganingrum's son, especially when Ciung Wanara showed him the casket in which he had been thrown into the river. Uwa Batara Lengser told Ciung Wanara that the king had ordered such besides accusing his mother of having given birth to a dog.
"If your cock wins in the fight against that of the king, just ask him half of the kingdom as a reward of your victory."
The next morning Ciung Wanara appeared in front of Prabu Barma Wijaya and told him what Lengser had proposed. The king agreed as he was sure of the victory of his cock, called si Jeling. It proved that the cock lost his life in the fight and the king was compelled to fulfill his promise to give Ciung Wanara half of his kingdom.
Ciung Wanara became king of half and had an iron prison built to keep bad people. One day Prabu Barma Jaya and Dewi Pangrenyep came to inspect the prison. As they were inside, Ciung Wanara shut the door and made it known to the people of the country. They cheered.
Hariang Banga, Dewi Pangrenyep's son, however, was sad and attacked Ciung Wanara and his followers. Nobody won. All of a sudden there appeared King Prabu Permana Di Kusumah accompanied by Dewi Naganingrum and Uwa Batara Lengser.
"Hariang Banga and Ciung Wanara!" the king said, "Stop fighting!. It is pamali - taboo- fighting against own brothers. You are brothers, both of you are my sons. Both of you will reign here, Ciung Wanara in Galuh and Hariang Banga in eastern of Pamali river or Brebes river, the new country. Let Dewi Pangrenyep and Barma Wijaya who was Aria Kebonan in prison as they are bad people."
Since then Galuh was prosperous again as in the days of Prabu Permana Di Kusumah.

[+/-] ......

RISK MANAGEMENT


Risk Management is the identification, assessment, and prioritization of risks followed by coordinated and economical application of resources to minimize, monitor, and control the probability and/or impact of unfortunate events. Risks can come from uncertainty in financial markets, project failures, legal liabilities, credit risk, accidents, natural causes and disasters as well as deliberate attacks from an adversary. Several risk management standards have been developed including the Project Management Institue, the National Institute of Science & technology, actuarial societies, and ISO standards. Methods, definitions and goals vary widely according to whether the risk management method is in the context of project management, security, engineering, industrial processes, financial portfolios, actuarial assessments, or public health and safety.

For the most part, these methodologies consist of the following elements, performed, more or less, in the following order.
  1. identify, characterize, and assess threats
  2. assess the vulnerability of critical assets to specific threats
  3. determine the risk (i.e. the expected consequences of specific types of attacks on specific assets)
  4. identify ways to reduce those risks
  5. prioritize risk reduction measures based on a strategy

The strategies to manage risk include transferring the risk to another party, avoiding the risk, reducing the negative effect of the risk, and accepting some or all of the consequences of a particular risk.

Introduction

This section provides an introduction to the principles of risk management. The vocabulary of risk management is defined in ISO Guide 73, "Risk management. Vocabulary" ]


In ideal risk management, a prioritization process is followed whereby the risks with the greatest loss and the greatest probality of occurring are handled first, and risks with lower probability of occurrence and lower loss are handled in descending order. In practice the process can be very difficult, and balancing between risks with a high probability of occurrence but lower loss versus a risk with high loss but lower probability of occurrence can often be mishandled.


Intangible risk management identifies a new type of risk that has a 100% probability of occurring but is ignored by the organization due to a lack of identification ability. For example, when deficient knowledge is applied to a situation, a knowledge risk materialises. Relationship risk appears when ineffective collaboration occurs. Process-engagement risk may be an issue when ineffective operational procedures are applied. These risks directly reduce the productivity of knowledge workers, decrease cost effectiveness, profitability, service, quality, reputation, brand value, and earnings quality. Intangible risk management allows risk management to create immediate value from the identification and reduction of risks that reduce productivity.

Risk management also faces difficulties allocating resources. This is the idea of opportunity cost. Resources spent on risk management could have been spent on more profitable activities. Again, ideal risk management minimizes spending while maximizing the reduction of the negative effects of risks.

Principles of risk management
The international organization for Standardization identifies the following principles of risk management:

  • Risk management should create value.
  • Risk management should be an integral part of organizational processes.
  • Risk management should be part of decision making.
  • Risk management should explicitly address uncertainty.
  • Risk management should be systematic and structured.
  • Risk management should be based on the best available information.
  • Risk management should be tailored.
  • Risk management should take into account human factors.
  • Risk management should be transparent and inclusive.
  • Risk management should be dynamic, iterative and responsive to change.
  • Risk management should be capable of continual improvement and enhancement.
    Process

According to the standard ISO/DIS 31000 "Risk management -- Principles and guidelines on implementation" , the process of risk management consists of several steps as follows:

Establishing the context
Establishing the context involves

  1. Identification of risk in a selected domain of interest
  2. Planning the remainder of the process.
  3. Mapping out the following:
    the social scope of risk management
    the identity and objectives of stakeholders
    the basis upon which risks will be evaluated, constraints.
  4. Defining a framework for the activity and an agenda for identification.
  5. Developing an analysis of risks involved in the process.
  6. Mitigation of risks using available technological, human and organizational resources.
    Identification


After establishing the context, the next step in the process of managing risk is to identify potential risks. Risks are about events that, when triggered, cause problems. Hence, risk identification can start with the source of problems, or with the problem itself.

  • Source analysis Risk sources may be internal or external to the system that is the target of risk management.

Examples of risk sources are: stakeholders of a project, employees of a company or the weather over an airport.

  • Problem analysis Risks are related to identified threats. For example: the threat of losing money, the threat of abuse of privacy information or the threat of accidents and casualties. The threats may exist with various entities, most important with shareholders, customers and legislative bodies such as the government.

When either source or problem is known, the events that a source may trigger or the events that can lead to a problem can be investigated. For example: stakeholders withdrawing during a project may endanger funding of the project; privacy information may be stolen by employees even within a closed network; lightning striking a Boeing 747 during takeoff may make all people onboard immediate casualties.


The chosen method of identifying risks may depend on culture, industry practice and compliance. The identification methods are formed by templates or the development of templates for identifying source, problem or event. Common risk identification methods are:

  • Objectives-based risk identification Organizations and project teams have objectives. Any event that may endanger achieving an objective partly or completely is identified as risk.
  • Scenario-based risk identification In scenario analysis different scenarios are created. The scenarios may be the alternative ways to achieve an objective, or an analysis of the interaction of forces in, for example, a market or battle. Any event that triggers an undesired scenario alternative is identified as risk – see Futures Studies for methodology used by Futurists.
  • Taxonomy-based risk identification The taxonomy in taxonomy-based risk identification is a breakdown of possible risk sources. Based on the taxonomy and knowledge of best practices, a questionnaire is compiled. The answers to the questions reveal risks. Taxonomy-based risk identification in software industry can be found in CMU/SEI-93-TR-6..
  • Common-risk checking In several industries lists with known risks are available. Each risk in the list can be checked for application to a particular situation. An example of known risks in the software industry is the Common Vulnerability and Exposures list found at http://cve.mitre.org..
  • Risk charting (risk mapping)] This method combines the above approaches by listing Resources at risk, Threats to those resources Modifying Factors which may increase or decrease the risk and Consequences it is wished to avoid. Creating a matrix under these headings enables a variety of approaches. One can begin with resources and consider the threats they are exposed to and the consequences of each. Alternatively one can start with the threats and examine which resources they would affect, or one can begin with the consequences and determine which combination of threats and resources would be involved to bring them about.

Assessment


Once risks have been identified, they must then be assessed as to their potential severity of loss and to the probability of occurrence. These quantities can be either simple to measure, in the case of the value of a lost building, or impossible to know for sure in the case of the probability of an unlikely event occurring. Therefore, in the assessment process it is critical to make the best educated guesses possible in order to properly prioritize the implementation of the risk management plan.


The fundamental difficulty in risk assesment is determining the rate of occurrence since statistical information is not available on all kinds of past incidents. Furthermore, evaluating the severity of the consequences (impact) is often quite difficult for immaterial assets. Asset valuation is another question that needs to be addressed. Thus, best educated opinions and available statistics are the primary sources of information. Nevertheless, risk assessment should produce such information for the management of the organization that the primary risks are easy to understand and that the risk management decisions may be prioritized. Thus, there have been several theories and attempts to quantify risks. Numerous different risk formulae exist, but perhaps the most widely accepted formula for risk quantification is:


Rate of occurrence multiplied by the impact of the event equals risk


Later research has shown that the financial benefits of risk management are less dependent on the formula used but are more dependent on the frequency and how risk assesment is performed.


In business it is imperative to be able to present the findings of risk assessments in financial terms. Robert Courtney Jr. (IBM, 1970) proposed a formula for presenting risks in financial terms. The Courtney formula was accepted as the official risk analysis method for the US governmental agencies. The formula proposes calculation of ALE (annualised loss expectancy) and compares the expected loss value to the security control implementation costs (cost-benefit analysis)).


Potential risk treatments


Once risks have been identified and assessed, all techniques to manage the risk fall into one or more of these four major categories:

  • Avoidance (eliminate)
  • Reduction (mitigate)
  • Transfer (outsource or insure)
  • Retention (accept and budget)

Ideal use of these strategies may not be possible. Some of them may involve trade-offs that are not acceptable to the organization or person making the risk management decisions. Another source, from the US Departement of Defense, Defense Acqusistion Univeristy, calls these categories ACAT, for Avoid, Control, Accept, or Transfer. This use of the ACAT acronym is reminiscent of another ACAT (for Acquisition Category) used in US Defense industry procurements, in which Risk Management figures prominently in decision making and planning.


Risk avoidance
Includes not performing an activity that could carry risk. An example would be not buying a property or business in order to not take on the liability that comes with it. Another would be not flying in order to not take the risk that the airplane were to be Hijacked. Avoidance may seem the answer to all risks, but avoiding risks also means losing out on the potential gain that accepting (retaining) the risk may have allowed. Not entering a business to avoid the risk of loss also avoids the possibility of earning profits.


Risk reduction
Involves methods that reduce the severity of the loss or the likelihood of the loss from occurring. For example, sprinklers are designed to put out a fire to reduce the risk of loss by fire. This method may cause a greater loss by water damage and therefore may not be suitable. Halon fire suppression systems may mitigate that risk, but the cost may be prohibitive as a strategy. Risk management may also take the form of a set policy, such as only allow the use of secured IM platforms (like Brosix) and not allowing personal IM platforms (like AIM) to be used in order to reduce the risk of data leaks.
Modern software development methodologies reduce risk by developing and delivering software incrementally. Early methodologies suffered from the fact that they only delivered software in the final phase of development; any problems encountered in earlier phases meant costly rework and often jeopardized the whole project. By developing in iterations, software projects can limit effort wasted to a single iteration.
Outsourcing could be an example of risk reduction if the outsourcer can demonstrate higher capability at managing or reducing risks. In this case companies outsource only some of their departmental needs. For example, a company may outsource only its software development, the manufacturing of hard goods, or customer support needs to another company, while handling the business management itself. This way, the company can concentrate more on business development without having to worry as much about the manufacturing process, managing the development team, or finding a physical location for a call center.


Risk retention
Involves accepting the loss when it occurs. True self insurance falls in this category. Risk retention is a viable strategy for small risks where the cost of insuring against the risk would be greater over time than the total losses sustained. All risks that are not avoided or transferred are retained by default. This includes risks that are so large or catastrophic that they either cannot be insured against or the premiums would be infeasible. War is an example since most property and risks are not insured against war, so the loss attributed by war is retained by the insured. Also any amounts of potential loss (risk) over the amount insured is retained risk. This may also be acceptable if the chance of a very large loss is small or if the cost to insure for greater coverage amounts is so great it would hinder the goals of the organization too much.


Risk transfer
In the terminology of practitioners and scholars alike, the purchase of an insurance contract is often described as a "transfer of risk." However, technically speaking, the buyer of the contract generally retains legal responsibility for the losses "transferred", meaning that insurance may be described more accurately as a post-event compensatory mechanism. For example, a personal injuries insurance policy does not transfer the risk of a car accident to the insurance company. The risk still lies with the policy holder namely the person who has been in the accident. The insurance policy simply provides that if an accident (the event) occurs involving the policy holder then some compensation may be payable to the policy holder that is commensurate to the suffering/damage.
Some ways of managing risk fall into multiple categories. Risk retention pools are technically retaining the risk for the group, but spreading it over the whole group involves transfer among individual members of the group. This is different from traditional insurance, in that no premium is exchanged between members of the group up front, but instead losses are assessed to all members of the group.


Create a risk-management plan
Select appropriate controls or countermeasures to measure each risk. Risk mitigation needs to be approved by the appropriate level of management. For example, a risk concerning the image of the organization should have top management decision behind it whereas IT management would have the authority to decide on computer virus risks.
The risk management plan should propose applicable and effective security controls for managing the risks. For example, an observed high risk of computer viruses could be mitigated by acquiring and implementing antivirus software. A good risk management plan should contain a schedule for control implementation and responsible persons for those actions.
According to ISO/IEC 27001, the stage immediately after completion of the Risk Assesment phase consists of preparing a Risk Treatment Plan, which should document the decisions about how each of the identified risks should be handled. Mitigation of risks often means selection of security controls, which should be documented in a Statement of Applicability, which identifies which particular control objectives and controls from the standard have been selected, and why.


Implementation
Follow all of the planned methods for mitigating the effect of the risks. Purchase insurance policies for the risks that have been decided to be transferred to an insurer, avoid all risks that can be avoided without sacrificing the entity's goals, reduce others, and retain the rest.


Review and evaluation of the plan
Initial risk management plans will never be perfect. Practice, experience, and actual loss results will necessitate changes in the plan and contribute information to allow possible different decisions to be made in dealing with the risks being faced.


Risk analysisi results and management plans should be updated periodically. There are two primary reasons for this:

  1. to evaluate whether the previously selected security controls are still applicable and effective, and
  2. to evaluate the possible risk level changes in the business environment. For example, information risks are a good example of rapidly changing business environment.


Limitations
If risks are improperly assessed and prioritized, time can be wasted in dealing with risk of losses that are not likely to occur. Spending too much time assessing and managing unlikely risks can divert resources that could be used more profitably. Unlikely events do occur but if the risk is unlikely enough to occur it may be better to simply retain the risk and deal with the result if the loss does in fact occur. Qualitative risk assessment is subjective and lack consistancy. The primary justification for a formal risk assessment process is legal and bureaucratic.
Prioritizing too highly the risk management processes could keep an organization from ever completing a project or even getting started. This is especially true if other work is suspended until the risk management process is considered complete.
It is also important to keep in mind the distinction between risk and uncertainty. Risk can be measured by impacts x probability.


Areas of risk management
As applied to corporate finance, risk management is the technique for measuring, monitoring and controlling the financial or operational risk on a firm's balance sheet. See value at risk..
The Base II framework breaks risks into market risk (price risk), credit risk and operational risk and also specifies methods for calculating capital requirements for each of these components.


Enterprise risk management
In enterprise risk management, a risk is defined as a possible event or circumstance that can have negative influences on the enterprise in question. Its impact can be on the very existence, the resources (human and capital), the products and services, or the customers of the enterprise, as well as external impacts on society, markets, or the environment. In a financial institution, enterprise risk management is normally thought of as the combination of credit risk, interest rate risk or asset liability management, market risk, and operational risk.
In the more general case, every probable risk can have a pre-formulated plan to deal with its possible consequences (to ensure contingency if the risk becomes a liability).


From the information above and the average cost per employee over time, or cost accrual ratio, a project manager can estimate:

  • the cost associated with the risk if it arises, estimated by multiplying employee costs per unit time by the estimated time lost (cost impact, C where C = cost accrual ration * S).
  • the probable increase in time associated with a risk (schedule variance due to risk, Rs where Rs = P * S):
    Sorting on this value puts the highest risks to the schedule first. This is intended to cause the greatest risks to the project to be attempted first so that risk is minimized as quickly as possible.
    This is slightly misleading as schedule variances with a large P and small S and vice versa are not equivalent. (The risk of the RMS Titanic sinking vs. the passengers' meals being served at slightly the wrong time).
  • the probable increase in cost associated with a risk (cost variance due to risk, Rc where Rc = P*C = P*CAR*S = P*S*CAR)
    sorting on this value puts the highest risks to the budget first.
    see concerns about schedule variance as this is a function of it, as illustrated in the equation above.

Risk in a project or process can be due either to Special Cause variation or Common Cause Variation and requires appropriate treatment. That is to re-iterate the concern about extremal cases not being equivalent in the list immediately above.


Risk-management activities as applied to project management
In project management, risk management includes the following activities:

  • Planning how risk will be managed in the particular project. Plan should include risk management tasks, responsibilities, activities and budget.
  • Assigning a risk officer - a team member other than a project manager who is responsible for foreseeing potential project problems. Typical characteristic of risk officer is a healthy skepticism.
  • Maintaining live project risk database. Each risk should have the following attributes: opening date, title, short description, probability and importance. Optionally a risk may have an assigned person responsible for its resolution and a date by which the risk must be resolved.
  • Creating anonymous risk reporting channel. Each team member should have possibility to report risk that he foresees in the project.
  • Preparing mitigation plans for risks that are chosen to be mitigated. The purpose of the mitigation plan is to describe how this particular risk will be handled – what, when, by who and how will it be done to avoid it or minimize consequences if it becomes a liability.
  • Summarizing planned and faced risks, effectiveness of mitigation activities, and effort spent for the risk management.


Risk management and business continuity
Risk management is simply a practice of systematically selecting cost effective approaches for minimising the effect of threat realization to the organization. All risks can never be fully avoided or mitigated simply because of financial and practical limitations. Therefore all organizations have to accept some level of residual risks.
Whereas risk management tends to be preemptive, business continuity planning (BCP) was invented to deal with the consequences of realised residual risks. The necessity to have BCP in place arises because even very unlikely events will occur if given enough time. Risk management and BCP are often mistakenly seen as rivals or overlapping practices. In fact these processes are so tightly tied together that such separation seems artificial. For example, the risk management process creates important inputs for the BCP (assets, impact assessments, cost estimates etc). Risk management also proposes applicable controls for the observed risks. Therefore, risk management covers several areas that are vital for the BCP process. However, the BCP process goes beyond risk management's preemptive approach and moves on from the assumption that the disaster will realize at some point.


Risk Communication
Risk communication refers to the idea that people are uncomfortable talking about risk. People tend to put off admitting that risk is involved, as well as communicating about risks and crises. Risk Communication can also be linked to Crisis communication.


Benefits and Barriers of Risk Communication
"Some of the Benefits of risk communication include, improved collective and individual decision making. Both the purpose of the exchange, and the nature of the information have an impact on the benefits. Depending on the situation, personal and community anxieties about environmental health risks can be reduced or increased. For example, a goal might be raising concern about radon and prompting action."

Seven cardinal rules for the practice of risk communication
(as first expressed by the U.S. Environmental Protection Agency and several of the field's founders)
Accept and involve the public as a legitimate partner.Plan carefully and evaluate your efforts.Listen to the public's specific concerns.Be honest, frank, and open.Coordinate and collaborate with other credible sources.Meet the needs of the media.Speak clearly and with compassion.


Source:
Seven Cardinal Rules of Risk Communication. Pamphlet drafted by Vincent T. Covello and Frederick H. Allen. U.S. Environmental Protection Agency, Washington, DC, April 1988, OPA-87-020. Variuos source

[+/-] ......

Wednesday, May 6, 2009

I Hate Public Speaking


[+/-] ......

Public speaking -Presetantion


[+/-] ......

Course Presentation


[+/-] ......

Succes Presentation


[+/-] ......

Skill presentation


[+/-] ......

Skill Presentation


[+/-] ......

Hubungan Manjemen Risiko dengan Fungsi lain...

Manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan lainnya (yaitu dengan fungsi: akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, engeenering dan maintenance), karena bagian-bagian itu ada yang menciptakan risiko dan ada yang menjalankan sebagai fungsi manajemen risiko.

Hubungan Dengan Fungsi Akunting
Bagian akunting menjalankan kegiatan manajemen risiko yang penting, yaitu:

  • Mengurangi kesempatan pegawai melakukan penggelapan, dengan jalan melakukan internal control dan internal audit.
  • Melalui rekening asset bagian akunting mengidentifikasikan dan megukur exposure kerugian terhadap harta.
  • Melalui penilaian rekening seperti rekening piutang, bagian akunting mengukur risiko piutang dan mengalokasikan cadangan dana exposure kerugian piutang.

Hubungan Dengan Fungsi Keuangan
Bagian keuangan melakukan banyak penetapan yang mempengaruhi manajemen risiko.

  • Pertama, manajer risiko biasanya bawahan Direktur Keuangan.
  • Kedua, bagian keuangan menganalisis pengaruh turunnya profit dan cash flow. Karena menurun profit bisa menghalangi tujuan perusahaan, maka kegiatan seprti itu juga tercantum dalam program manajemen risiko.
  • Ketiga, dalam menetapkan apakah perusahaan akan membeli peralatan yang mahal atau gedung baru, maka manajer finansial seharusnya mempertimbangkan risiko murni yang tercipta karena tindakan itu.

Hubungan Dengan Marketing
Kegiatan marketing dapat menciptakan risiko, terutama risiko tanggung-gugat. Misalnya perusahaan dituntut oleh pihak luar berkenan dengan penggunaan packaging yang tidak memenuhi syarat. Dalam mengangkut produk ke langganan, mengandung bermacam risiko yang perlu terlebih dahulu dianalisis oleh manajemen risiko. Itulah sebabnya bagian marketing harus selalu awas terhadap risiko yang timbul pada setiap aktivitas marketing, dan bagian manajemen risiko seharusnya diberi informasi secepatnya.

Hubungan Dengan Bagian Produksi
Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko. Dalam mendesain atau membuat produk atau memberikan service, pekerja sering kali diekspos pada kecelakaan kerja. Demikian pula produk atau service yang dijualnya mungkin juga bisa menciptakan kerusakan atau kecelakaan badan bagi pemakainya; oleh karena itu perusahaan harus selalu siap sedia menghadapi tuntutan hukuman dari pihak ketiga.

Hubungan Dengan Engineering dan Maintenance
Bagian ini bertanggung jawab untuk desain pabrik, maintenance, dan melaksanakan fungsi perawatan gedung, pabrik, dan peralatan, yang semuanya sangat vital untuk mencegah, mengurangi frekuensi dan keparahan kerugian .

Hubungan Dengan Bagian Personalia
Bagian personalia mempunyai banyak tanggung jawab dibidang risiko. Contoh yang paling jelas adalah perancangan, instalasi, dan administrasi program-program kesejahteraan pegawai. Bagian personalia biasanya bertugas mengadakan perundingan dengan serikat kerja, menetapkan hak dan kewajiban serta kesejahteraan. Sedangkan Manajemen Risiko menseleksi asuransi dan merundingkan penutupan asuransi atau memanajeri aspek finansial daripada program (penenggungan risiko).

Pengertian Tentang Risiko
Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Misalnya: â€Å“Bersepeda motor di atas jalan yang sangat ramai besar risikonya”, orang secara intuitif mengerti maksudnya. Tetapi pengertian yang di pahami secara intuitif ini, hanya memuaskan jika dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda. Itulah sebabnya kita menemukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko.

Risiko Spekulatif dan Risiko Murni
Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation) ke salah satu dari dua arah.artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko itu spekulaatif. Risiko adalah kemungkinan kerugian tetapi bila disamping itu kemungkinan kerugian terdapat kemungkinan untung, maka risiko itu dinamakan risiko spekulatif. Contohnya: judi menimbulkan kemungkinan-kemungkinan ini, mereka berjudi mungkin menang atau kalah.
Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni yaitu yang hanya ada kemungkinan kerugian. Seorang pemilik rumah terbuka terhadap kemungkinan kerugian. Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Risiko ini disebut risiko murni.
Apakah suatu risiko itu spekulatif atau murni, bergantung pada pendekatan yang digunakan. Risiko spekulatif biasanya tidak dapat diasuransikan. Hanya risiko murni yang dapat diasuransikan.

Sumber Risiko
Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

1. Risiko Sosial
Sumber pertama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Contohnya: Dengan berkembangnya toko-toko swalayan, maka tokowan menghadapi risiko besarnya pencurian (shoplifting). Akan tetapi tidak semua pencuri itu adalah orang luar melainan juga penggelapan dan penyalahgunaan oleh pegawainya sendiri.

2. Risiko Fisik
Ada banyak risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia. Contohnya antara lain:

  • Kebakaran, kebakaran adalah penyebab utama cidera, kematian dan kerusakan harta.
  • Cuaca, Iklim adalah risiko yang serius. Kadang-kadang hujan terlalu banyak sehingga panen kena banjir dan sungai meluap.
  • Petir, menyebabkan kebakaran yang selanjutnya merusakan harta, membunuh atau mencederai orang.
  • Tanah longsor, telah umum menjadi sumber kerusakan harta. Semakin padatnya daerah kota maka semakin banyak rumah dibangun diatas tanah yang labil.

3. Risiko Ekonomi
Banyak risiko yang dihadapi perusahaan itu bersifat ekonomi.contoh-contoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi local, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya.
Jenis-jenis Risiko yang Ditangani Manajer Risiko
Manajer risiko menangani terutama risiko murni. Ia tidak menangani risiko spekulatif kecuali jika adanya risiko spekulatif memaksa manajer risiko untuk menghadapi risiko murni tertentu, misalnya perusahaan ini baru saja mengambil alih pabrik baru, karena itulah tercipta kerugian potensial untuk kebakaran.

Kerugian potensial yang bersifat ekonomi yang harus ditangani menajer risiko dapat dikategorikan atas:
1. kerugian terhadap harta.
2. tanggung jawab terhadap pihak lain.
3. kerugian personil.

Mengidentifikasikan Risiko

Sebelum memanajemeni risiko, maka harus dapat diketahui adanya risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Dalam keadaan tidak diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan menanggung risiko tersebut secara tidak sadar.

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) Yang menentang perusahaan. Untuk itu diperlukan:

  • Pertama: Suatu checklist dari pada semua kerugian potensial (loss event) yang mungkin bisa terjadi pada umumnya pada setiap perusahaan
  • Kedua: untuk menggunakan checklist itu diperlukan suatu pendekatan yang sistematik untuk menetukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checklist itu yang dihadapi oleh perusahaan yang sedang dianalisis.

Manajer risiko seharusnya menjalankan sendiri kedua langkah itu, kalau tidak, ia harus percaya saja pada jasa agen asuransi, broker, atau konsultan.

Klasifikasi Kerugian
Salah satu alternatif system pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah sebagai berikut:

A. Kerugian Hak Milik (Property losses)

  • Kerugian langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti atau reparasi atau kehilangan harta.
  • Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk menghancurkan sisa gedung yang rusak akibat kerugian langsung
  • Kerugian pendapatan (net income), seperti penghentian kegiatan sementara yang disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak boleh ditempatinya ruangan kerja.

B. Kewajiban Mengganti Kerugian Orang Lain (Liability Losses)
• Karena rusaknya hak milik orang lain atau terlukanya orang lain.

C. Kerugian Personaia (Personnel Losses)

  • Kerugian bagi perusahaan, karena kematian, cacat, atau mengundurkan dirinya pegawai, langganan atau pemilik.
  • Kerugian bagi keluarga pegawai, yang disebabkan oleh kematian, cacat, atau pemberhentian.

Risk Analysis Questionnaire
Analisis ini menjuruskan manajer risiko untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan. Untuk memperkuat informasi ini, menajer risiko akan mempertimbangkan semua sumber informasi yang digunakan dalam metode-metode lainnya. Bedanya adalah bahwa pertanyaan dalam questionnaire itu menjuruskan penyelidikan itu.

Metode Laporan Keuangan
Dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi dan catatan lain yang menyokongnya, manajer risiko bisa mengidentifikasikan semua risiko yang berkenan dengan harta, utang, dan personalia perusahaan. Dengan menggabungkan laporan keuangan ini dengan ramalan keuangan dan anggaran, maka manajer akan dapat menemukan risiko yang akan dihadapi, sebab transaksi bisnis pada akhirnya menyangkut baik uang maupun hak milik. Maka berdasarkan metode ini setiap perkiraan (account) dipelajari secara mendalam mengenai kerugian potensial yang bisa diciptakan oleh account itu.

Inspeksi
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan kerja pegawai, dan seterusnya, manajer risiko dapat mempelajari lebih banyak dan menyakinkan tentang hazard yang mungkin tidak disadari oleh pekerja ataupun yang mungkin tidak pernah ditemukan dlam laporan tertentu.
Oleh karena itu inspeksi langsung ke obyek ini merupakan suatu keharusan.

Interaksi Dengan Bagian Lain
Keberhasilan manajer risiko mengidentifikasikan risiko terutama tergantung pada kerjasama yang erat dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan. Manajer bagian-bagian ini secara konstan menjadi awas terhadap risiko yang dihadapi.

Interaksi ini meliputi:

  1. untuk memperoleh pemahaman yang sempurna dari kegiatan suatu bagian mengidentifikasikan kerugian potensial yang ditimbulkan oleh kegiatan itu, maka manajer risiko sering mengunjungi manajernya serta dapat mengadakan Tanya jawab langsung dengan pegawai.
  2. laporan lisan atau pun tertulis dari bagian-bagian perusahaan itu, baik tas inisiatif mereka, maupun sebagai laporan rutin yang memberi informasi yang up to date mengenai perkembangan yang relevan.
    Analisis Lingkungan
    Lingkungan yang relevan adalah
    1. langganan
    2. pemasok
    3. saingan
    4. Undang-undang dan ketentuan-ketentuan lainnya.
    Dalam menganalisis masing-masing komponen pertimbangan yang penting adalah:
    1. sifat hubungannya
    2. keanekaannya
    3. kestabilannya.
    Sebagai contoh, apakah produk didistribusikan langsung kepada suatu grup pembeli ataukah secara tidak langsung, melalui grosir, pengecer, dan kepada orang banyak? Apakah langganan itu keluarga, perusahaan, ataukah pemerintah? Manakah servis yang penting, pemasok tunggal atau pemasok majemuk?
    Kontrak apakah yang telah dibuat pemasok? Apakah persaingan memerlukan kampanye melalui iklan dan berkemungkinan membangkitkan klaim terhdap produk yang tidak memenuhi syarat? Kewajiban apakah yang paling penting dibebankan oleh pemerintah, konsumen, asosiasi, dan sebagainya.
    Penggunaan Pihak Luar untuk Mengidentifikasikan Risiko
    Manajer risiko boleh percaya pada agen asuransi, broker, atau konsultan menajemen risiko untuk melakukan pekerjaan yang terinci mengidentifikasikan risiko. Akan tetapi mempercayai saja sepenuhnya pihak luar untuk pengidentifikasikan risiko pada suatu ketika bisa mengandung kelemahan. Pertama, walaupun banyak dari agen asuransi dan broker lebih baik dan lebih berpengalaman menemukan risikko pada berbagai perusahaan. Kedua, disebabkan oleh waktu dan energi yang dikerahkan dalam mempersiapkan survei menyelurh, terutama bagi perusahaan besar
    Tetapi kelemahan inisudah berangsur hilang,karena makin banyak konsultan manajeman risiko yang berpraktek atas dasar kontrak kerja dengan perusahaan yang bersangkutan, dan tidak ada hubungannya dengan dengan perusahaan asuransi yang ingin memasarkan asuransinya.
    Pembahasan
    Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur risiko yang dihadapi perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar untuk itu
    • Pengendalian resiko (risk control)
    • Pembiayaan risiko (risk financing)
    • Pengendalian Risiko, dijalankan dengan metode berikut :
    • Menghindari risiko
    • Mengendalikan kerugian
    • Pemisahan
    • Kombinasi atau pooling
    • Pemindahan risiko
    • Pembiayaan risiko (risk financing) meliputi :
    • Pemindahan risiko
    • Menaggung risiko

Masing-masing peralatan itu dapat dan biasanya sebaliknya dipergunakan dalam kombinasi dengan satu atau lebih peralatan tersebut

Menghindari Risiko
Salah satu cara menghindari risiko murni adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan :

  1. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya unutk sementara
  2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menhindari risiko berarti juga menghilangkan risko itu
    Beberapa karakteristik penghindaran risiko yang seharusnya diperhatikan :
    • Pertama : boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko yang dihadapi, maka makin besar ketidakmungkinan menghindarinya. Misalnya kalau ingin menhindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan perlu dihentikan.
    • Kedua : faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan suatu harta, mempekerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suatu kegiatan, akan hilang, jika dilaksanakan penghindaran risiko.
    • Ketiga : makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan tercipta risiko yang baru.


Pemisahan Risiko
Yang dimaksud dengan pemisahan disini ialah menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas kerugian-harapan diperkecil. Jadi memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugian yang akan dialami.

Kombinasi
Kombinasi atau pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan atau kerugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan. Salah satu cara perusahaan megkombinasikan risiko adalah dengan perkembangan internal.


Pemindahan Risiko
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara:

  • Pertama : harta milik atau kegiatan ang menghadapi risiko dapata dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun dengan berbagai transaksi atau kontrak.
  • Kedua : Risiko itu sendiri yang dipindahkan
  • Ketiga : Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure unutk tranferee. Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer
    Pembelanjaan Risiko (Risk Financing)
    Pembelanjaan (pembiayaan) yang behubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian. Cara ini terdiri atas:
    1. Risk Financing Transfer (memindahkan risiko dengan pembiayaan).
    2. Risk Retention (risiko ditangani oleh perusahaan yang bersangkutan).
    Risk Financing Transfer
    Pemindahan risiko melalui cara pengendalian risiko, tidak memerlukan pengerahan dana karena dijalankan dengan:
    1. Memindahkan harta atau kegiatan yang bersangkutan kepada pihak lain.
    2. memindahkan tanggung jawab kepada transferee dengan maksud menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab tranferor terhadap kerugian yang bersangkutan.
    3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.
    Tetapi memindahkan risiko melalui risk financing berarti transferor mencari dana eksternal yang akan membayar kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu nanti sungguh terjadi. Risk financing tranfer dapat dilakukan dengan cara
    1. Transfer risiko kepada perusahaan asuransi.
    2. Transfer risiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (nonisurance transfer)


Menanggung Sendiri Risiko (Risk Retention)
Metode yang paling umum penangan risiko ialah penanggungan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak direncanakan (unplanned retention) bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned retention). Dikatakan pasif atau tidak terencana, bila manajer risiko tidak memperhatikan tentang adanya eksposure dan karena itu tidak melakuka usaha apa pun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung-gugat dan kerugian personil. Sebagai akibatnya, penanggungan risiko yang tidak terencana ini, merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tak terelakan.
Alasan Perusahaan Melakukan Retention
Jika dikaji lebih lanjut, alasan perusahaan melakukan retention dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori tersebut :
1. Keharusan, karena tidak tersedia alternatif lain.
2. Biaya.
3. Kerugian-harapan.
4. Opportunity Cost.
5. Kualitas pertanggungan
6. Pajak

Manfaat dan Biaya Asuransi
Idemnification. Manfaat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang menderita kerugian tak diharapkan. Mereka-mereka ini dipulihkan atau setidak-tidaknya untuk mengubah posisi ekonomi yang sebelumnya. Keuntungan bagi individu-individu ini jelas. Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena orang-orang ini dipulihkan untuk berproduksi kembali, pendapatan pajak ditingkatkan dan dana kesejahteraan yang harus dibayar pemerintah berkurang.
Mengurangi ketidakpastian (Reduction of Uncertainty). Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul dari kenyataan bahwa asuransi itu dapat :
1. menghilangkan risiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap risiko bagi pihak tertanggung individual
2. mengurangi total risiko, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap risiko ini dalam masyarakat.
Ada beberapa manfaat pengurangan risiko ini bagi tertanggung dan bagi masyarakat. Pertama, melalui hapusnya ketidakpastian yang berhubungan dengan risiko yang dipertanggungkan, asuransi melenyapkan ketegangan mental dan fisik yang diakibatkan oleh kecemasan dan ketakutan sehubungan dengan risiko itu. Kedua, karena asuransi mengurangi risiko individu dan risiko social, ia juga mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam masyarakat, dan juga dalam industri. Akibatnya akan mengurangi inefficiency dalam pemanfaatan tenaga kerja dan kapital yang ada. Berkurangnya ketidakpastian, juga akan mendorong akumulasi modal baru, karena investor potensial berkurang keragu-raguannya, periode perencanaannya diperpanjang, kredit umumnya lebih diperluas, dan lebih sedikit sumber daya yang ditimbun.
Perusahaan Asuransi Sebagai Sumber Dana Untuk Investasi
Perusahaan asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank dapat mengerahkan dana-dana yang tersedia untuk investasi pada bidang lain di luar asuransi, tidak hanya karena risiko yang kecil tetapi juga karena adanya suatu pemasukan yang kontan, sehingga jumlah uang yang tersedia selalu melebihi cadangan pembayaran klaim..
Rinkasan manfaat
Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa manfaat yang ditawarkan perusahaan asuransi adalah :
1. Melindungi kerugian bagi orang yang menderita kerugian harapan.
2. mengurangi siksaan mental dan fisik bagi pihak tertanggung yang disebabkan rasa takut dan kekhawatiran;
3. menghasilkan tingkat produksi, tingkat harga dan stuktur harga yang optimum;
4. menyediakan dana untuk investasi;
5. memperbaiki posisi persaiangan perusahaan kecil. Sebagai tambahan perusahaan asuransi dalam praktek berperan pula dalam aktivitas penting pengendalian kerugian.
Suatu Pendekatan Kualitatif Dalam Pemilihan Metode Penanganan Risiko
Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan risiko, perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan keterbatasan-keterbatasan baik yang bersifat kelembagaan maupun yang berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer resiko pada suatu waktu terperangkap mengurusi satu abgian saja dari total program manajemen risskonya. Malahan secara periodik, manajemen risiko harus memperluas peninjauannya. Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa dengan bantuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalam bidang lain dari bantuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalam bidang lain, dari manajemen resiko pendekatan cara sistem mendorong perusahaan unutk mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi manajemenasuransi hendaknya mengikuti cara itu. Alasan mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi total risiko dan prosedurnya adalah perlunya untuk membangun kebijaksanaan manajemen risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan yang bersangkutan dan mengetahui hubungan timbal balik antara berbagai bidang dan berbagai keputusan bidang resiko.
Pendaftaran Sementara
Dalam langkah pertama, manajer resiko harus menetapkan kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhahdap resikoyang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Tujuannya ialah untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah.
Membuat Daftar Yang Telah Diperbaiki
Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer resiko lalu meninjau kontrak-kontrak dalam masing-masing golongan. Sebagai contoh kontrak-kontrak yang dikeluarkan dari golongan yang esensial mungkin meliputi perlindungan terhadap
1. Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak laindengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi
2. Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi merupakan kerugian yang parah
3. Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat diperkirakan dengan seksama.
Pendekatan Kuantitatif Dalam Proses Pemilihan Metode Penanganan Risiko
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi
2. Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini
Walaupun adanya keterbatasan tersebut, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting.
Pengaruh Kecemasan Dalam Menetapkan Keputusan
Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian belum diperhitungkn secara biaya. Nilai kecemasan tentu saja itu merupakan faktor yang sangat subyektif.
Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :
1. Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya faktor kecemasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
2. Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan rehadap risiko
Metode Kecemasan
Dengan metode kecemasan, manajer risiko memilih keputusan dalam waktu yang lama (long run) akan menghasilkan kerugian rata-rata pertahun yang paling rendah. Termasuk di dalam kerugian tersebut adalah suatu nilai yang dibebankan untuk menanggung kecemasan sebab dengan fluktuasi kerugian lebih dari tahun ke tahun.
Exposure Kerugian terhadap Pendapatan
Kerugian harta yang sifatnya langsung dan tidak langsung, yang dibicarakan disini pada dasarnya tidaklah hanya kerugian-kerugian yang terjadi ketika hak milik tersebut rusak, hancur, atau hilang saja. Kerugian tak langsung itu tidak terbatas sampai kerugian harta saja, tetapi termasuk kerugian-kerugian tak lanngsung timbul selama harta tersebut dalam penggantian atau perbaikan. Peursahaan mungkin mengalami menurunnya pendapatan jika harta yang rusak itu mengganggu produksi dan kegiatan lain, seluruhnya maupun sebagai akibatnya antara lain :
1. Menurunnya pendapatan atau
2. Meningkatnya biaya-biaya
Manajer risiko juga menemukan suatu hal yang lebih sulit unutk mengukur kerugian potensial dan exposure terhadap pendapatan bersih karena banyak variable yang tersangkut. Bab inimenggambarkan eksposure pendapatan yang utama dan kerugian potensialnya. Beberapa kejadian utama yang menurunkan pendapatan sebagai akibat dari kerugian kebetulan yang terjadi terhadap hak milik termasuk :
1. Kerugian sewa
2. Terganggunya kegiatan perusahaan
3. Terganggunya operasi perusahaan pemasok atau pemakai
4. Berkurangnya laba pada barang jadi
5. Pengumpulan piutang mengecil


Kerugian Sewa
Seandainya bangunan secara tidak sengaja rusak atau hancur, dan apabila perjanjian menyebutkan bahwa penyewa tidak bertanggung jawab untuk membayar sewa selam periode hak milik tersebut tidak dapat dipergunakan, maka si pemilik menderita rugi sewa, dikurangi beberapa biaya selama masa untuk memperbaiki gedung itu sampai semula.


Terganggunya Kegiatan Perusahaan
Karena harta dirusak atau dirubuhkan, perusahaan atau organisasi lain mungkin akan menutup atau mengurangi kegiatan. Kerugian karena terganggunya sperti itu meliputi :
• Laba bersih perusahaan yang akan diperoleh jika perusahaan tidak terganggu
• Pengeluaran (biaya) yang tetap yang haus dibayar, seperti gaji pegawai, penyusutan, premi asuransi dan sebagainya.


Kerugian Netto atas laba akan tergantung atas :
• Keadaan perekonomian.
• Keadaan umum perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri itu.
• Keadaan perusahaan itu sendiri.


Terganggunya Kesatuan Perusahaan
Beberapa perusahaan hanya terganggu pada satu pemasok untuk penyelidikan tenaga, bahan atau peralatan. Gangguan pada operasi perusahaan pemasok tunggal, akan menyebabkan terganggunya pula kegiatan produksi dan penjualan perusahaan
Kerugian atas Pendapatan yang Berkenaan Dengan Barang Jadi
Sepeti yang diuraikan di atas, kegiatan perusahaan pabrik dianggap terganggu jika proses produksi, dan penjualan terganggu. Karenanya jika barang jadi rusak atau terpaksa dimusnahkan maka pengusaha pabrik akan mengalami kerugian terhadap pendapatan, karena tidak bisa dijualnya barang jadi itu semestinya.

Pengumpulan Piutang yang Semakin Mengecil
Seandainya catatan piutang suatu perusahaan rusak atau hilang, hal ini bisa menyebabkan kesulitan yang semakin besar terhadap pengumpulan piutang dari langganan. Semakin besar jumlah langganan dan rata-rata semakin piutang semakin kecil, maka kesulitan yang lebih besar akan terjadi.


Source : - Manajemen-Unnes.blogspot.com,, Various Source


[+/-] ......

Oil Palm Movie


[+/-] ......

Oil Palm


[+/-] ......

New Product Palm Oil Malaysia


[+/-] ......

Palm Oil Harvesting


[+/-] ......

Palm oil


[+/-] ......

Tuesday, May 5, 2009

Principle of Risk Management


Ada sebuah gambar menarik pada salah satu literatur tentang Manajemen Risiko. Digambarkan sebuah pohon apel yang tumbuh persis di bibir jurang. Pada sisi dalam jurang tampak sebutir apel berukuran kecil berwarna hijau kemerahan, sedangkan pada sisi luar jurang tampak sebutir apel yang lain. Warnanya merah ranum, ukurannya dua kali apel yang pertama.

Di bawah gambar tersebut tertulis sebuah kalimat tanya, “Yang mana yang akan anda petik?”
Gambar tersebut secara tepat melukiskan bahwa seringkali, bahkan mungkin selalu, keinginan akan sesuatu yang lebih baik (lebih menguntungkan) mengandung risiko yang lebih besar.

Tidak terkecuali di dalam menjalankan bisnis. Setiap keputusan bisnis, secara sadar atau tidak sadar,adalah juga suatu keputusan mengenai risiko apa yang akan dan siap dihadapi oleh pengambilkeputusan.

Risiko, khususnya di dalam bisnis, tidaklah selalu mewakili sesuatu yang buruk. Kenyataannya Risiko bisa mengandung di dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang mampu mengelolanya dengan baik.

Hal itu mungkin yang melatarbelakangi mengapa kalimat “Saya akan
ambil Risiko tersebut,” dalam bahasa Inggris lebih banyak dinyatakan dengan, I will take that chance.

Kesadaran akan memahami Risiko dengan baik sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mengoptimalkan keuntungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya konsep Manajemen Risiko yang akhir-akhir ini semakin mengemuka di dalam dunia bisnis.


Suatu Pendekatan Baru

Secara sederhana Risiko dapat diartikan sebagai : tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu/tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun/periode tertentu. Dalam konteks bisnis,
konsep Manajemen Risiko kemudian menjadi simbol perubahan cara pendekatan, khususnya oleh para investor, dari sekedar menghitung earning/pendapatan,dll., menjadi lebih memfokuskan diri pada kualitas pendapatan (quality earning), dll.

Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Risiko

Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh, Manajemen Risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk
menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.

Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang ditawarkan oleh Manajemen Risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, meng-quantify dan mengukur risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistik mengandung didalamnya “ingatan numerik” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan kemungkinan kemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.

Bagaimanapun, Manajemen Risiko tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen Risiko bukanlah sekedar angka statistik, teknik ataupun teknologi. Wujud penerapan terbaik Manajemen Risiko merupakan suatu proses membangun kesadaran tentang Risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses pendidikan bagaimana
menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Manajemen Risiko tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap risiko).


Bertitik tolak dari hal-hal di atas, terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi di dalam mengembangkan dan menerapkan suatu model Manajemen Risiko.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu aktivitas, khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko yang tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan, per definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.

2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat yang akan digunakan sebagai syarat dariproses Manajemen Risiko yang kuat.

3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.

4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi sebagai sesuatu yangpenting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten.

Asumsinya adalah bahwa konsentrasi (Risiko) dapat muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.

5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok Manajemen Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan level tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang visi perusahaan dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen Risiko dengan kelompok/unit lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko dalam melakukan pengukuran risiko namun kualitas keputusan tetap saja tergantung pada bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik tersebut.

7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko suatu perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual & Procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan dan menyediakan keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses pengambilan Risiko.

Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk memberikan kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk pihak internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para analis.

Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam menyusun suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal. Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari penerapan model Manajemen Risiko dalam suatu perusahaan.

Tanpa pemahaman mendalam serta konsistensi dalam menggunakan prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan penerapan suatu model Manajemen Risiko tidak akan memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat diperoleh.

Manajemen risiko adalah bagian integral dalam proses bisnis perusahaan yang mendukung penerapan corporate governance dengan senantiasa melakukan identifikasi, pengukuran, dan analisis risiko dalam setiap proses pengambilan keputusan. Dalam waktu yang tidak begitu lama lagi, akan muncul standar referensi praktik terbaik penerapan manajemen risiko dalam mendukung penerapan GCG yang efektif, ISO 31000.
ISO 31000 diharapkan dapat menjadi suatu standar internasional sekaligus suatu referensi praktik terbaik penerapan manajemen risiko yang mampu meredam keberagaman pandangan mengenai referensi yang paling ideal untuk diadopsi oleh suatu organisasi.


SOURCE :
1. Bessis, Joel (1998) Risk Management in Banking, John Wiley & Sons Ltd., West Sussex,
England
2. The Risk Metrics Group (1998), Exploring Risk and Managing Risk

[+/-] ......

Hubungan Asuransi dan Manajemen Risiko

Definisi Asuransi
KUHD pasal 246

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehya karena suatu kejadian yang tidak pasti .

Definisi Asuransi dari sudut pandang bada usaha

Asuransi merupakan suatu rencana yang melibatkan penggabungan sekelompok orang dengan memindahkan risiko yang dipunyai masing-masing.

Dari sudut pandang sosial
asuransi merupakan suatu alat sosial untuk melakukan akumulasi dana dalam mencapai kerugian yang tidak pasti dengan cara memindahkan risiko orang banyak kepada asuradur

Definisi Asuransi dari sudut ekonomi
Asuransi adalah salah satu cara yang paling ekonomis untuk mengurangi kerugian yang mungkin dihadapi oleh seseorang atau suatu unit badan usaha, dengan membayar sejumlah premi yang relatif kecil akan diperolah hasil yang besar berupa perlindungan terhadap kerugian yang mungkin dialami dari timbulnya risiko yang dijamin. Asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan cara memindahkan dan mengelompokkan ketidak pastian kerugian keuangan.

Definisi Risiko

o risiko adalah kemungkinan kerugian
o Risiko adalah ketidakpastian
o Risiko adalah kans kerugian / kemungkinan adanya kerugian
o Ketidakpastian dari suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian

Jenis-jenis risiko dalam dunia Usaha

o Risiko perorangan dan harta milik
o Risiko pemasaran
o Risiko keuangan
o Risiko produksi dan tenaga kerja
o Risiko lingkungan

Risiko Murni dan Risiko spekulatif
Risiko murni ialah semua peristiwa yang apabila terjadi selalu menimbulkan kerugian seperti kebakaran, angin ribut, gempa bumi, huruhara, pemberontakan, kecelakaan dan lain sebagainya umunya selalu menimbulkan kerugian.

Risiko Spekulatif ialah semua peristiwa yang apabila terjadi dapat menimbulkan kerugian akan tetapi kemungkinan dapat juga mendatangkan keuntungan. Seperti risiko pemasaran, risiko produksi, risiko keuangan


Risiko Statis dan Risiko Dinamis

Risiko statis adalah ketidakpastian yang selalu ada walaupun tidak ada perubahan sebagaimana dalam risiko murni ataupun akan terjadi dalam waktu tertentu akan terjadi.
Risiko dinamis adalah ketidakpastian yang timbul akibat adanya perubahan dalam masyarakat, lingkungan, keinginan konsumen, dunia usaha dan teknologi

Jenis Hazard

Physical hazard adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar terjadinya suatu peril

Moral Hazard adalah suatu kondisi yang bersumber pada diri orang yang bersangkutan berkaitan dengan mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar suatu peril.


Morale hazard, walaupun pada dasarnya tidk seorangpun mau menderita kerugian akan tetapi karena merasa bahwa ia telah memperoleh jeminan baik atas diri atau harta miliknya seringkali berlaku ceroboh atau kurang hati-hati .


Legal hazard, seringkali berdasarkan pada peraturan-peraturan ataupun perundangan yang bertujuan melindungi masyarakat, justri diabaikan atau kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril


Metode yang digunakan untuk mengelola risiko
1. Asumsi
2. Dipindahkan
3. Kombinasi
4. Pencegahan Kerugian
5. Menghindari
6. Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengelola risiko

Asumsi
Risiko – risiko yang tingkatannya rendah dan apabila terjadi tidak akan menimbulkan pengaruh keuangan pada perusahaan ataupun atas risiko-risiko dimana dapat diawasi secara penuh oleh manajemen dapat diabaikan atau ditanggung sendiri oleh perusahaan, sehingga tidak membutuhkan pengelolaan lebih lanjut

Dikombinasikan
Metode kombinasi dalam pengelolaan risiko merupakan salah satu cara dalam asuransi, diversifikasi dari pada produk yang dihasilkan, pendirian holding company yang membawahi kegiatan usaha yang tidak mempunya I hubungan/kegiatan yang sama; sehingga apabila timbul kerugian dalam satu badan usaha dapat ditutup dengan keuntungan badan-badan usaha yang lainnya. Demikian pula kerugian dalam penjualan salah satu produk diharapkan dapat ditutup dengan keuntungan dari penjualan produk produk lainnya.

Dipindahkan
Pemindahan risiko seringkali dipergunakan dalam pengelolaan risiko yang bersifat murni/statis maupun risiko yang bersifat spekulatif/dinamis. Pemindahan risiko yang bersifat murni/statis pada umumnya dilakukna kepada perusahaan asuransi, sedangkan risiko-risiko yang bersifat dinamis/spekulatif dapat dipindahkan kepada masyarakat / konsumen ataupun lembaga non asuransi

Pencegahan Kerugian
metode pengelolaan risiko yang lebih ditekankan paa pengawasan kerugian dalam usaha melakukan tindakan preventif ataupun menekan serendah mungkin akibat keuangan apabila kerugian itu timbul. Misalnya membangun gedung yang lebih tahan atas risiko tertentui, pengawasan keselamatan kerja, pengamanan

Menghindari
Erat hubungannya dengan pencegahan kerugian dan pemindahan risiko adalah teknik menghindari situasi yang secara potensial dapat menimbulkan kerugian pada seseorang ataupun badan usaha. Usaha lain ialah menghindari melakukam kegiatan-kegiatan yang risikonya relatif tinggi ataupun mengsubkontrakkan kegiatan-kegiatan yang risikonya relating tinggi tersebut pada pihak lain sejauh hal tersebut efektif dan efisien .


Penelitian
Risiko subyektif kemungkinan dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan ataupun melakukan penelitian; dimana seseorang lebih banyak mengetahui masalah ketidakpastian yang dihadapi, maka akan semakin berkurang pemakaiana subyektifitasnya dan akan lebih mantap dalam menghadapi, mengelola atau menerima risiko yang ada dalam kegiatan perusahaannya.

Source : VARIOUS SOURCE

[+/-] ......