Google Ads

GEOGLOBE

Tuesday, May 5, 2009

Principle of Risk Management


Ada sebuah gambar menarik pada salah satu literatur tentang Manajemen Risiko. Digambarkan sebuah pohon apel yang tumbuh persis di bibir jurang. Pada sisi dalam jurang tampak sebutir apel berukuran kecil berwarna hijau kemerahan, sedangkan pada sisi luar jurang tampak sebutir apel yang lain. Warnanya merah ranum, ukurannya dua kali apel yang pertama.

Di bawah gambar tersebut tertulis sebuah kalimat tanya, “Yang mana yang akan anda petik?”
Gambar tersebut secara tepat melukiskan bahwa seringkali, bahkan mungkin selalu, keinginan akan sesuatu yang lebih baik (lebih menguntungkan) mengandung risiko yang lebih besar.

Tidak terkecuali di dalam menjalankan bisnis. Setiap keputusan bisnis, secara sadar atau tidak sadar,adalah juga suatu keputusan mengenai risiko apa yang akan dan siap dihadapi oleh pengambilkeputusan.

Risiko, khususnya di dalam bisnis, tidaklah selalu mewakili sesuatu yang buruk. Kenyataannya Risiko bisa mengandung di dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang mampu mengelolanya dengan baik.

Hal itu mungkin yang melatarbelakangi mengapa kalimat “Saya akan
ambil Risiko tersebut,” dalam bahasa Inggris lebih banyak dinyatakan dengan, I will take that chance.

Kesadaran akan memahami Risiko dengan baik sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mengoptimalkan keuntungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya konsep Manajemen Risiko yang akhir-akhir ini semakin mengemuka di dalam dunia bisnis.


Suatu Pendekatan Baru

Secara sederhana Risiko dapat diartikan sebagai : tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu/tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun/periode tertentu. Dalam konteks bisnis,
konsep Manajemen Risiko kemudian menjadi simbol perubahan cara pendekatan, khususnya oleh para investor, dari sekedar menghitung earning/pendapatan,dll., menjadi lebih memfokuskan diri pada kualitas pendapatan (quality earning), dll.

Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Risiko

Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh, Manajemen Risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk
menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.

Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang ditawarkan oleh Manajemen Risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, meng-quantify dan mengukur risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistik mengandung didalamnya “ingatan numerik” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan kemungkinan kemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.

Bagaimanapun, Manajemen Risiko tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen Risiko bukanlah sekedar angka statistik, teknik ataupun teknologi. Wujud penerapan terbaik Manajemen Risiko merupakan suatu proses membangun kesadaran tentang Risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses pendidikan bagaimana
menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Manajemen Risiko tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap risiko).


Bertitik tolak dari hal-hal di atas, terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi di dalam mengembangkan dan menerapkan suatu model Manajemen Risiko.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu aktivitas, khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko yang tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan, per definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.

2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat yang akan digunakan sebagai syarat dariproses Manajemen Risiko yang kuat.

3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.

4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi sebagai sesuatu yangpenting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten.

Asumsinya adalah bahwa konsentrasi (Risiko) dapat muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.

5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok Manajemen Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan level tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang visi perusahaan dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen Risiko dengan kelompok/unit lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko dalam melakukan pengukuran risiko namun kualitas keputusan tetap saja tergantung pada bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik tersebut.

7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko suatu perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual & Procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan dan menyediakan keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses pengambilan Risiko.

Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk memberikan kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk pihak internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para analis.

Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam menyusun suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal. Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari penerapan model Manajemen Risiko dalam suatu perusahaan.

Tanpa pemahaman mendalam serta konsistensi dalam menggunakan prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan penerapan suatu model Manajemen Risiko tidak akan memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat diperoleh.

Manajemen risiko adalah bagian integral dalam proses bisnis perusahaan yang mendukung penerapan corporate governance dengan senantiasa melakukan identifikasi, pengukuran, dan analisis risiko dalam setiap proses pengambilan keputusan. Dalam waktu yang tidak begitu lama lagi, akan muncul standar referensi praktik terbaik penerapan manajemen risiko dalam mendukung penerapan GCG yang efektif, ISO 31000.
ISO 31000 diharapkan dapat menjadi suatu standar internasional sekaligus suatu referensi praktik terbaik penerapan manajemen risiko yang mampu meredam keberagaman pandangan mengenai referensi yang paling ideal untuk diadopsi oleh suatu organisasi.


SOURCE :
1. Bessis, Joel (1998) Risk Management in Banking, John Wiley & Sons Ltd., West Sussex,
England
2. The Risk Metrics Group (1998), Exploring Risk and Managing Risk

[+/-] ......

Hubungan Asuransi dan Manajemen Risiko

Definisi Asuransi
KUHD pasal 246

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehya karena suatu kejadian yang tidak pasti .

Definisi Asuransi dari sudut pandang bada usaha

Asuransi merupakan suatu rencana yang melibatkan penggabungan sekelompok orang dengan memindahkan risiko yang dipunyai masing-masing.

Dari sudut pandang sosial
asuransi merupakan suatu alat sosial untuk melakukan akumulasi dana dalam mencapai kerugian yang tidak pasti dengan cara memindahkan risiko orang banyak kepada asuradur

Definisi Asuransi dari sudut ekonomi
Asuransi adalah salah satu cara yang paling ekonomis untuk mengurangi kerugian yang mungkin dihadapi oleh seseorang atau suatu unit badan usaha, dengan membayar sejumlah premi yang relatif kecil akan diperolah hasil yang besar berupa perlindungan terhadap kerugian yang mungkin dialami dari timbulnya risiko yang dijamin. Asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan cara memindahkan dan mengelompokkan ketidak pastian kerugian keuangan.

Definisi Risiko

o risiko adalah kemungkinan kerugian
o Risiko adalah ketidakpastian
o Risiko adalah kans kerugian / kemungkinan adanya kerugian
o Ketidakpastian dari suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian

Jenis-jenis risiko dalam dunia Usaha

o Risiko perorangan dan harta milik
o Risiko pemasaran
o Risiko keuangan
o Risiko produksi dan tenaga kerja
o Risiko lingkungan

Risiko Murni dan Risiko spekulatif
Risiko murni ialah semua peristiwa yang apabila terjadi selalu menimbulkan kerugian seperti kebakaran, angin ribut, gempa bumi, huruhara, pemberontakan, kecelakaan dan lain sebagainya umunya selalu menimbulkan kerugian.

Risiko Spekulatif ialah semua peristiwa yang apabila terjadi dapat menimbulkan kerugian akan tetapi kemungkinan dapat juga mendatangkan keuntungan. Seperti risiko pemasaran, risiko produksi, risiko keuangan


Risiko Statis dan Risiko Dinamis

Risiko statis adalah ketidakpastian yang selalu ada walaupun tidak ada perubahan sebagaimana dalam risiko murni ataupun akan terjadi dalam waktu tertentu akan terjadi.
Risiko dinamis adalah ketidakpastian yang timbul akibat adanya perubahan dalam masyarakat, lingkungan, keinginan konsumen, dunia usaha dan teknologi

Jenis Hazard

Physical hazard adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar terjadinya suatu peril

Moral Hazard adalah suatu kondisi yang bersumber pada diri orang yang bersangkutan berkaitan dengan mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar suatu peril.


Morale hazard, walaupun pada dasarnya tidk seorangpun mau menderita kerugian akan tetapi karena merasa bahwa ia telah memperoleh jeminan baik atas diri atau harta miliknya seringkali berlaku ceroboh atau kurang hati-hati .


Legal hazard, seringkali berdasarkan pada peraturan-peraturan ataupun perundangan yang bertujuan melindungi masyarakat, justri diabaikan atau kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril


Metode yang digunakan untuk mengelola risiko
1. Asumsi
2. Dipindahkan
3. Kombinasi
4. Pencegahan Kerugian
5. Menghindari
6. Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengelola risiko

Asumsi
Risiko – risiko yang tingkatannya rendah dan apabila terjadi tidak akan menimbulkan pengaruh keuangan pada perusahaan ataupun atas risiko-risiko dimana dapat diawasi secara penuh oleh manajemen dapat diabaikan atau ditanggung sendiri oleh perusahaan, sehingga tidak membutuhkan pengelolaan lebih lanjut

Dikombinasikan
Metode kombinasi dalam pengelolaan risiko merupakan salah satu cara dalam asuransi, diversifikasi dari pada produk yang dihasilkan, pendirian holding company yang membawahi kegiatan usaha yang tidak mempunya I hubungan/kegiatan yang sama; sehingga apabila timbul kerugian dalam satu badan usaha dapat ditutup dengan keuntungan badan-badan usaha yang lainnya. Demikian pula kerugian dalam penjualan salah satu produk diharapkan dapat ditutup dengan keuntungan dari penjualan produk produk lainnya.

Dipindahkan
Pemindahan risiko seringkali dipergunakan dalam pengelolaan risiko yang bersifat murni/statis maupun risiko yang bersifat spekulatif/dinamis. Pemindahan risiko yang bersifat murni/statis pada umumnya dilakukna kepada perusahaan asuransi, sedangkan risiko-risiko yang bersifat dinamis/spekulatif dapat dipindahkan kepada masyarakat / konsumen ataupun lembaga non asuransi

Pencegahan Kerugian
metode pengelolaan risiko yang lebih ditekankan paa pengawasan kerugian dalam usaha melakukan tindakan preventif ataupun menekan serendah mungkin akibat keuangan apabila kerugian itu timbul. Misalnya membangun gedung yang lebih tahan atas risiko tertentui, pengawasan keselamatan kerja, pengamanan

Menghindari
Erat hubungannya dengan pencegahan kerugian dan pemindahan risiko adalah teknik menghindari situasi yang secara potensial dapat menimbulkan kerugian pada seseorang ataupun badan usaha. Usaha lain ialah menghindari melakukam kegiatan-kegiatan yang risikonya relatif tinggi ataupun mengsubkontrakkan kegiatan-kegiatan yang risikonya relating tinggi tersebut pada pihak lain sejauh hal tersebut efektif dan efisien .


Penelitian
Risiko subyektif kemungkinan dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan ataupun melakukan penelitian; dimana seseorang lebih banyak mengetahui masalah ketidakpastian yang dihadapi, maka akan semakin berkurang pemakaiana subyektifitasnya dan akan lebih mantap dalam menghadapi, mengelola atau menerima risiko yang ada dalam kegiatan perusahaannya.

Source : VARIOUS SOURCE

[+/-] ......

Welcome to New York City


[+/-] ......

New York City 1928


[+/-] ......

Pentingya Tata Kelola Risiko (Risk Management)

Pentingnya penerapan manajemen risiko di Badan Usaha Milik Negara dipertegas dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep–117/M.BU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN. Pasal 28 (2) Kep-117/M.BU/2002 menyebutkan bahwa selain laporan tahunan dan laporan keuangan, BUMN harus mengungkapkan hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemodal, pemegang saham, kreditur, dan para stakeholder lain, antara lain mengenai faktor risiko material yang dapat diantisipasi, termasuk penilaian manajemen atas iklim berusaha dan faktor risiko. Pasal 14 (8) Kep-117/M.BU/2002 menyebutkan bahwa Komite Asuransi dan Risiko Usaha bertugas melakukan penilaian secara berkala dan memberikan rekomendasi tentang risiko usaha dan jenis serta jumlah asuransi yang ditutup oleh BUMN dalam hubungannya dengan risiko usaha.

Ketidakpastian akan apa yang terjadi di masa depan merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan. Ketidakpastian ini ada yang bersifat positif atau bermanfaat, yang kemudian dikenal sebagai kesempatan (opportunity) dan ada pula yang bersifat negatif atau merugikan yang kemudian dikenal juga sebagai risiko (risk). Risiko seringkali dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan dan sifatnya tidak terduga. Pada umumnya perusahaan berusaha menghindari timbulnya risiko karena akan menurunkan profit yang didapat, tetapi pada kenyataannya tidak semua risiko tersebut dapat dihindari. Risiko menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap aktivitas perusahaan sehingga cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mengantisipasi dan melindungi diri dengan sebaik-baiknya. Keinginan untuk mengantisipasi dan melindungi diri terhadap risiko-risiko inilah yang pada akhirnya menjadi dasar munculnya konsep Manajemen Risiko (risk management).
Menurut Chin (2004), definisi manajemen risiko adalah sebagai berikut:
“Risk management is a systematic process for the identification and evaluation of pure risk exposures faced by an organization or individual and for the selection and administration of the most appropriate technique for treating such exposures.” (Manajemen risiko adalah sebuah proses yang sistematis untuk melakukan identifikasi dan evaluasi terjadinya risiko yang tidak terduga yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan atau individu dan melakukan seleksi serta proses administrasi terhadap teknik yang paling sesuai untuk menghadapi risiko tersebut).




Manajemen resiko yang baik dapat membantu perusahaan menghindari semaksimal mungkin biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan, di samping dapat dipertahankannya ketenangan pegawai dalam bekerja (Umar, 2001). Dengan demikian jelaslah bahwa manajemen risiko sangat perlu untuk diterapkan di semua perusahaan.

Perusahaan agribisnis yang berbasis perkebunan. Aktivitas utama yang dijalankannya berkaitan dengan usaha-usaha untuk menyediakan produk pertanian/perkebunan yang berkualitas untuk memenuhi permintaan pasar local & Expor , Menentukan luas lahan untuk ditanami tanaman , pemilihan penggunaan tanamanan itu sendiri atau tanaman hasil rakyat sampai dengan pengolahannya menjadi Barang jadi (Finished Good) dilakukan di bawah koordinasi dan pengawasan, sehingga menghasilkan Product Pertanian/perkebunan yang berkualitas.



Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya.

Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer).
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam.
Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control).

Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri).

Sedangkan pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi.

Berikut ini ada realita mutakhir yang menjadi fenomena menarik untuk dikaji. Ketika harga avtur naik, dua operator maskapai penerbangan segera mengurangi jumlah an penerbangan tujuan Yogyakarta.

Namun, ada maskapai penerbangan lain yang justru melakukan tindakan sebaliknya: akan menambah jumlah penerbangan ke dan dari Yogyakarta.
Bagi dua operator pertama, kenaikan harga avtur ini ternyata ditangkap sebagai sebuah ancaman, sementara sebuah operator maskapai penerbangan lainnya menganggapnya sebagai peluang. Sebuah pelajaran yang berharga bahwa ternyata resiko, ketidakpastian, dan kerugian adalah tiga hal berbeda, sama sekali tidak bisa disamakan begitu saja.
Banyak yang salah kaprah, resiko bisnis dianggap sama dengan resiko finansial dan dianggap sama pula dengan kerugian. Padahal resiko finansial hanyalah salah satu komponen resiko bisnis, selain resiko proyek, resiko operasional, resiko pasar dan resiko yang berkaitan dengan regulasi.
Resiko pada hakekatnya adalah kejadian yang memiliki dampak negatif terhadap sasaran dan strategi perusahaan. Manajemen resiko terintegrasi merupakan suatu proses dimana berbagai resiko diidentifikasi, diukur dan dikendalikan di seluruh bagian organisasi. Kemungkinan terjadinya resiko dan akibatnya terhadap bisnis merupakan dua hal mendasar untuk diidentifikasi dan diukur. Melalui pengelolaan resiko terintegrasi, setiap keputusan strategik yang diambil selalu berdasarkan atas informasi yang valid dan reliable. Dengan demikian keputusan itu diharapkan mampu mengantisipasi secara efektif kejadian-kejadian di masa depan dan mengurangi ketidakpastian.
Ironisnya, acap pengelolaan resiko hanya terfokus pada resiko yang berhubungan dengan kegiatan operasional, yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan uang (resiko finansial). Pendekatan ini tentu saja kurang lengkap, karena tidak mengcover keseluruhan resiko yang melekat pada bisnis yang digeluti. Memang, setiap industri memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap resiko yang akan dikendalikannya. Dalam manajemen resiko terintegrasi, resiko yang dominan dijadikan sebagai acuan utama. Sebagai misal, di industri keuangan dan perbankan, manajemen resiko lebih ditekankan pada aspek finansial tanpa mengabaikan aspek resiko lainnya.


Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana teknis pengelolaan resiko terintegrasi? Pada ghalibnya, proses bermula dari analisa secara akurat baik terhadap lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Hasil analisa kemudian ditindaklanjuti dengan identifikasi dan klasifikasi secara jelas, spesifik, dan menyeluruh dari tiap resiko yang ada, baik dari aspek operasional, pasar, finansial, proyek, maupun regulasi. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah identifikasi melalui pertanyaan what, when, where, why, how berkaitan dengan kecenderungan dari munculnya resiko. Tentu saja proses ini tidak cukup dilakukan hanya sekali tembak saja. Semakin lengkap data yang dikumpulkan dalam proses identifikasi ini akan makin memudahkan dalam mencari solusi bagi pengendalian setiap resiko yang muncul.


Namun demikian identifikasi saja tidaklah cukup. Banyak perusahaan dapat melakukan identifikasi resiko dengan baik sehingga tahu benar resiko apa saja yang akan dihadapi dalam aktivitas bisnisnya, namun salah dalam melakukan antisipasi. Mengapa demikian? Tidak jarang ketidakmampuan dalam menentukan mau mulai dari mana penyelesaian masalah yang timbul menyebabkan keputusasaan. Oleh karena itu diperlukan adanya proses analisis dan evaluasi. Proses ini membantu memahami kemungkinan terjadinya resiko beserta dampak dari setiap resiko bila nantinya benar-benar terjadi, serta mengetahui apakah suatu resiko dapat diterima atau tidak.


Permasalahan yang sering muncul adalah dalam menentukan prioritas penanganan dan penentuan batas toleransi apabila resiko terebut tidak dapat dikelola seluruhnya. Batas toleransi ini akan menentukan seberapa jauh suatu resiko dapat diterima (acceptable). Di sini kebijakan manajemen dan pimpinan perusahaan memegang peranan penting dalam mengambil keputusan. Tentu saja tidak cukup hanya mengandalkan gut feeling semata karena terkait dengan pencapaian sasaran perusahaan. Dalam pengelolaan resiko bisnis, manajemen perusahaan dihadapkan pada beberapa pilihan: menghindari resiko, mengurangi resiko, atau mentransfer resiko yang diidentifikasi akan muncul.


Untuk jenis resiko yang kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar, pilihan yang dapat diambil ialah menghindari resiko. Artinya manajemen perusahaan menetapkan bahwa perusahaan akan menghindari setiap aktivitas yang beresiko tinggi tersebut. Dilain pihak untuk jenis resiko yang kemungkinannya terjadinya rendah dan dampaknya kecil, manajemen dapat saja menerimanya dalam batas-batas toleransi yang telah ditetapkan. Untuk resiko yang kemungkinan timbulnya kecil namun dampaknya besar, biasanya perusahaan melakukan tranfer dari resiko yang dihadapinya ke pihak lain, misalnya dengan asuransi, namun perusahaan tetap bertanggung jawab untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya resiko tersebut.


Tentu saja kebijakan pengelolaan resiko harus didahului dengan analisa yang menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai aspek terutama berhubungan dengan cost & benefit yang akan didapat dan ditanggung perusahaan. Di sini fungsi dari perencanaan, pengawasan, dan kontrol terhadap kebijakan yang akan diambil terhadap suatu resiko akan sangat menentukan.

Sebenarnya apa saja yang menjadi faktor utama dalam penerapan manajemen resiko terintegrasi di suatu organisasi, terutama bila dikaitkan dengan kinerja perusahaan? Kepemimpinan tidak dapat dipungkiri berperan sebagai penggerak yang memberikan arah dan pedoman bagi seluruh anggota organisasi. Dengan demikian komitmen dari pemimpin (leadership commitment) sangat menentukan dalam sukses tidaknya pengelolaan resiko. Selain itu dibutuhkan risk management culture yang kuat sebagai pengikat bagi seluruh anggota organisasi agar dapat menyatu, seiring sejalan mencapai tujuan. Dalam implementasinya, penerimaan dari anggota organisasi saja tidaklah cukup, lebih dari itu dibutuhkan keterlibatan mendalam (deep employee involvement) dari setiap anggota organisasi yang membuahkan rasa handarbeni. Selain itu integrasi antara perencanaan dan implementasi juga tidak kalah vitalnya.


Manajemen perubahan, komunikasi, dan pembelajaran berperan sebagai penopang pengelolaan resiko terintegrasi. Pemimpin organisasi harus menyadarkan arti krisis atau bahkan bilamana perlu menciptakan suatu situasi krisis sehubungan dengan pentingnya dilakukan implementasi manajemen resiko untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dalam tahap demi tahap perubahan dibutuhkan panduan yang baik agar tidak mengalami kemunduran (set back). Jelas, komunikasi tidak boleh putus, baik antar lini dalam organisasi maupun dalam satuan waktu. Patut diingat pula bahwa proses komunikasi dalam manajemen resiko dilakukan tidak hanya terbatas di dalam organisasi (inward), akan tetapi juga outward kepada partner dan stakeholder lain yang terkait.


Yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan resiko terintegrasi adalah aspek pengendalian. Para pemimpin organisasi dituntut untuk menaruh perhatian serius dalam hal ini karena pengendalian seringkali menjadi titik terlemah dalam praktek pengelolaan resiko. Pengendalian yang berjalan dengan baik, ditunjang oleh pembelajaran membuat manajemen resiko terintegrasi sebagai proses dengan penyempurnaan yang terus menerus. Sebagai imbalannya adalah peningkatan kinerja organisasi secara signifikan.

SOURCE : VARIOUS SOURCE

[+/-] ......